Berkunjung ke Desa Wisata Putat

by Rivai Hidayat

Selepas istirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Desa Wisata Putat. Desa wisata ini terletak di Kanaewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Siang itu hari hujan mulai turun. Tidak deras, tapi berhasil membuat Pak Bayu mengurangi kecepatan mobilnya. Pak Bayu merupakan sopir yang menemani kami selama berada di Yogyakarta. Tampang bapak ini terlihat garang. Dengan badan besar, bentuk wajah bulat, dan kumis yang cukup tebal. Ternyata tidak segarang penampilannya, justru Pak Bayu sangat ramah dan baik. Bahkan beberapa kali kami bercanda bersama. Tentu saja dengan ciri khas bercanda ala bapak-bapak.

Dalam perjalanan terjadi sebuah kemacetan karena adanya ruas jalan di sekitar Bukit Bintang yang mengalami longsor. Beberapa bus jurusan Jakarta dan sekitarnya juga terlihat melintas. Bus malam ini memulai perjalanannya dari Wonosari, Gunungkidul. Tak butuh waktu lama akhirnya kami bisa melewati kemacetan tersebut. Kami disambut sebuah gapura dan sebuah topeng raksasa ketika memasuki area desa wisata.

Pak Bayu mengarahkan mobilnya menuju sebuah galeri yang ada di area pemukiman warga di Dusun Gemawang. Galeri ini adalah milik Pak Eko. Sudah sejak tahun 2008 Pak Eko telah memproduksi berbagai peralatan rumah tangga yang terbuat dari kayu. Seperti sendok, garpu, gelas, cangkir, nampan, piring, mangkok, dan masih banyak lagi. Bahan yang digunakan merupakan sisa-sisa kayu jati pada industri mebel. Semakin bagus kualitas kayu jati, maka barang yang dihasilkan memiliki kualitas dan warna yang bagus. Namun, semua barang di sini dijual dengan harga yang terjangkau.

Gelas produk kerajinan kayu
Piring kayu hasil kerajinan

Pak Eko yang dibantu enam pekerja mampu memproduksi hingga ratusan biji perabot setiap harinya. Produk kerajinan Pak Eko telah dipasarkan di beberapa toko yang ada di Kota Jogja, dan sekitarnya. Bahkan Pak Eko pernah melakukan pengiriman keluar negeri ke beberapa negara melalui jasa eksportir.
Baca Juga: Jip Wisata di Tebing Breksi

Desa wisata putat
Bahan baku di galeri Pak Eko

Di samping galeri terdapat sebuah gudang untuk menyimpan bongkahan kayu. Bongkahan kayu tersebut dibiarkan berserakan begitu saja. Di belakang gudang terdapat beberapa pekerja yang sedang membuat produk kerajinan. Namun, kami tidak diperkenankan melihat dan merekamnya secara langsung. Penjelasan dari Pak Eko dirasa cukup untuk menjelaskan tentang pembuatan semua kerajinan yang ada di galeri ini. Padahal proses pembuatan ini berhasil menggugah rasa penasaranku.

Joglo Batoer

Desa Wisata Putat sangat dikenal dengan potensinya berupa kerajinan kayu. Oleh sebab itu banyak galeri kerajinan kayu yang bisa ditemui ketika memasuki desa ini. Tidak hanya melihat galeri, kami juga diajak untuk membatik di topeng. Desa ini juga dikenal sebagai desa pengrajin topeng. Kami diajak menuju sebuah pendopo yang berada di daerah perbukitan di Dusun Bobung. Pendopo itu dikenal dengan nama Joglo Batoer.

Desa wisata putat
Joglo Batoer Desa Wisata Putat
Desa Wisata Putat
Gejlog lesung

Bapak Sutarto beserta alunan musik gejog lesung yang dimainkan oleh ibu-ibu dusun menyambut kedatangan kami dengan ramah. Pak Sutarto merupakan salah satu pengelola Desa Wisata Putat. Di dalam pendopo sudah tersedia kompor kecil dan peralatan membatik. Peralatan yang digunakan sama dengan peralatan yang digunakan untuk membatik kain, yaitu canting, wajan kecil, dan malam (lilin batik).
Baca Juga: Pulang ke Pulau Jawa

Kami hanya perlu mengikuti pola yang sudah digambar di topeng. Mungkin terdengar mudah, tetapi nyatanya itu merupakan hal yang sulit bagi kami. Tangan kami tidak terbiasa memegang canting. Beberapa kali cairan malam menetes mengenai topeng yang sedang kami batik. “Kunci dalam membatik adalah sabar. Ingat ya! Canting digoreskan secara maju atau ke depan, tidak boleh maju mundur,” ujar Pak Sutarto melalui pengeras suara.

Desa wisata putat
Proses membatik topeng
Desa Wisata Putat
Bukit Batoer

Topeng yang sudah selesai digambar akan dimasukkan ke dalam larutan dalam sebuah ember. Tujuannya untuk meluruhkan malam dan memberi warna pada topeng. Selanjutnya topeng akan dijemur atau diangin-angin hingga kering. Proses ini memerlukan waktu sekitar 30 menit. Kami menikmati suasana Joglo Batoer yang siang itu sedang diselimuti mendung. Ada sebuah gardu pandang yang menghadap ke area perkebunan dan persawahan milik warga.

Galeri Bina Karya

Tidak jauh dari Joglo Batoer terdapat sebuah galeri topeng yang bernama Bina Karya. Galeri ini dikelola oleh Pak Slamet yang merupakan generasi keempat. Galeri ini tidak hanya memasarkan kerajinan topeng dan kayu, tetapi juga menjadi tempat untuk mengenalkan kesenian topeng kepada pengunjung. Pak Slamet banyak bercerita tentang asal usul berkembangnya topeng di desanya. Salah satunya tentang motif di topeng kayu yang memiliki filosofinya masing-masing.

Desa wisata putat
Topeng di Galeri Bina Karya
Desa Wisata Putat
Cinderamata topeng (@kulkasgendong)

Pada awalnya pembuatan topeng berdasarkan kebutuhan untuk pementasan. Baik itu untuk tari maupun wayang orang. Proses pembuatan bisa membutuhkan waktu lebih dari satu bulan. Ada beberapa ritual atau lelaku yang mesti dijalani terlebih dahulu sebelum membuat topeng. Bahkan kayu yang digunakan tidak boleh sembarangan. Seiring berjalannya waktu, kini topeng bisa dijadikan sebagai cinderamata.

Dari Desa Wisata Putat aku belajar tentang kerajinan kayu yang telah melewati berbagai zaman. Sebuah tradisi budaya yang telah diwariskan secara turun temurun oleh setiap generasi ke generasi selanjutnya. Semoga akan terus berkembang dan tidak lekang oleh waktu.

Cerita dari kegiatan Java Promo 2022
Bantul-Sleman-Gunungkidul-Jogja
Desa Wisata Putat
2-3 November 2022

You may also like

12 comments

Rudi Chandra November 27, 2022 - 2:20 pm

Keren uy.
Dari kayu bisa dibuat beragam benda alat dapur dan topeng yang keren gitu.

Reply
Rivai Hidayat December 2, 2022 - 12:28 pm

Bener-bener keren mas…kayu-kayu dari sisa meubel masih bisa dimanfaatkan untuk kerajinan lainnya.

Reply
Nasirullah Sitam November 28, 2022 - 7:08 am

Dulu, batoer ini merupakan vila dengan lansekap indah. Kami pernah ke sini waktu awal-awal rintisan, karena kawan yang mengelola juga blogger senior. Sayangnya di tengah jalan ada semacam perbedaan pendapat atau apapun. Sekarang berubah seperti ini. Semoga topeng-topeng di desa setempat tetap menjadi salah satu daya tarik yang bisa mendapatkan banyak pengunjung.

Reply
Rivai Hidayat December 2, 2022 - 12:27 pm

Kemarin mas aji juga cerita hal yang sama. Cukup sedih mendengar cerita itu. Karena hal teesebut akhirnya vilanya tidak bisa berkembang dan memberikan dampak positif ke warga sekitar.

Reply
Mbul Kecil November 30, 2022 - 3:48 am

Ternyata biarpun pak bayu garang di luar, tetapi lembut hatinya di dalam ya…hihi,

menarik juga nih mas vai, mbul sih kagum, soalnya biasanya yang dibatik pake canting dan malam kan selembar kain…ini di topeng ya. Keren. Bahkan tiap topeng jika untuk pementasan dan tari ada filosofinya tersendiri

aku malah penasaran sama ritual sebelum bikin topengnya itu, bahkan ga boleh pake sembarang kayu…kira kira kenapa ya..

syahdu banget euy menikmati wisata desa gini sembari mendung mendung dan menikmatinya dari rumah kayu itu

Reply
Rivai Hidayat December 2, 2022 - 12:25 pm

Aku rasa juga gitu. Tampilan luar emang ga jamin..wkwkwk

Nah, filosofinya ini yang belum aku dapat. Apalagi setiap karakter membawa sifat-sifat yang diterapkan dalam topeng yang dibuat.

Kualitas kayu beri pengaruh tersendiri. Jadi ga semua kayu bisa dibuat topeng.

Nongkrong depan joglo enak. Menikmati sore dan semilir angin~~

Reply
fanny_dcatqueen December 5, 2022 - 2:35 am

Ms aku pikir topeng begitu diwarnai pale cat biasa, ternyata bukan yaaa. Sama kayak proses batik . Yg beginiii aku sukaaa kalo pun harus ikut workshopnya. Dari dulu penasaran Ama membatik, dan ngeliat langsung cara bikin peralatan rumah tangga dari kayu. Sempet liat dari video FB, kok kayaknya satisfying banget Krn ada alatnya itu. Tapi ntahlah kalo cara yg dipakai di desa ini.

Pengen bisa kesini kalo nanti ke Jogja lagi. Anak2 pasti seneng kalo disuruh buat topeng batik begini. Walopun jujur aku suka serem Ama topeng2 begini, ga bakal aku pajang di rumah, tapi ttp membuatnya bikin penasaran

Reply
Rivai Hidayat December 12, 2022 - 4:35 am

bukan mbak, pewarna yang dipakai sama kayak pewarna batik kain. Kemarin ga bisa lihat proses produksinya jadi ga bisa lihat secara detail alat yang digunakan..hiks

Kalau di desa wisata ini ada workshopnya. Jadi bisa lihat proses pembuatannya.

Reply
Peri Kecil Lia December 14, 2022 - 5:24 pm

Aku salfok sama gelas dari kayunya, Kak Rivai. Karena aku mudah tertarik kalau lihat gelas-gelas unik, begitu lihat gelas dari kayu ini, mataku jadi bersinar-sinar wkwk belum pernah aku lihat ini sebelumnya. Kayaknya kalau aku ada di sana, bakal beli 1 gelasnya buat dibawa pulang.
Motif topengnya unik-unik semuaaa! Itu malamnya panas sekali kalau kena langsung ke tangan kah, Kak? Hasil topengnya nanti boleh dibawa pulang?

Reply
Rivai Hidayat December 16, 2022 - 12:36 pm

Bagi mereka yang suka kerajinan kayu, tempat ini sangat layak untuk dikunjungi. Sampai tempat ini bakal lapar mata..wkwkk

Bener!! Unik sesuai dengan karakter yang akan dibawakan. Yaa panas lah, itu diambil langsung dari kompor yang menyala. Bener banget, topeng hasil kerajinan kita bisa dibawa pulang. Jadi sebisa mungkin dibatik dengan sungguh-sungguh 😀

Reply
ainun December 20, 2022 - 3:30 pm

dan aku baru tau ada namanya desa wisata Putat. Asik juga ya kalau bisa ngerasain langsung bikin kerajinan kayak gini
kalau ibuku tau ada piring kayu estetik begini, bisa bisa diborong waktu kesana hahaaha
saking banyaknya tempat wisata juga di daerah Gunung Kidul, mungkin nama desa wisata Putat jarang terekspos, kalah dengan destinasi lainnya. Padahal asik juga disini ya,bisa belajar bikin kerajinan

Reply
Rivai Hidayat December 21, 2022 - 10:34 am

Bagi penyuka kerajinan kayu, tempat ini bisa bikin khilaf. Tapi harga barangnya juga terjangkau dan banyak variasi. Jadi masih aman untuk membeli produk kerajinan ini.

Desa wisata seperti ini perlu untuk terus dikenalkan ke masyarakat sebagai pilihan berwisata dan edukasi.

Reply

Leave a Comment