Jembatan Ampera Palembang |
Baca Juga: Menyapa Kota Pagaralam
Perahu Sungai Musi |
Mesin perahu yang kami tumpangi tersangkut kotoran yang ada di Sungai Musi. Sehingga perahu tidak dapat bergerak dengan maksimal. Pemilik kapal langsung menyelam ke dalam untuk memperbaiki mesin. Beliau bilang jika hal itu biasa terjadi di Sungai Musi. Perahu kami juga menyempatkan untuk mengisi bahan bakar yang dijual di rumah apung yang ada di Sungai Musi.
Kampung Al Munawar |
Sepanjang perjalanan menuju Pulau Kemaro aku bisa melihat aktivitas warga yang tinggal di pinggir Sungai Musi. Terlihat puluhan kapal hilir mudik di Sungai Musi. Kapal tongkang pembawa pupuk dan hasil tambang juga melintasi sungai ini. Pernah perahu kami melintas di antara kapal tongkang yang sedang bersandar. Di awal perjalanan tadi, aku juga bisa melihat Kampung Al Munawar yang terletak di tepi Sungai Musi. Kawasan perkampungan ini merupakan perkampungan Arab dan merupakan salah satu perkampungan tertua di Palembang.
Pintu gerbang Pulau Kemaro |
Setelah perahu kami bersandar di dermaga Pulau Kemaro, kami langsung menuju loket masuk yang berada tidak jauh dari dermaga. Oyaa, perahu akan menunggu di dermaga selama kita keliling pulau. Keberadaan Pulau Kemaro juga memiliki legenda tentang seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An menikahi Putri Raja yang bernama Siti Fatimah. Ketika perjalanan menuju Palembang mereka membuka guci yang dihadiahkan kepada mereka. Namun guci-guci tersebut berisi sayur sawi. Guci tersebut akhirnya dibuang ke Sungai Musi. Namun, ternyata guci yang terakhir berisi emas dan Tan Bun An beserta pengawalnya melompat ke sungai untuk mencari guci-guci tersebut. Namun mereka tidak muncul lagi. Kemudian Siti Fatimah ikut melompat untuk menolong mereka.
Baca Juga: Walking Tour: Menjelajah Kawasan Pecinan, Semarang
Pagoda berlantai 9 di Pulau Kemaro |
Di Pulau Kemaro terdapat klenteng yang diberi nama Klenteng Hok Tjing Rio atau yang lebih dikenal dengan nama Klenteng Kuan Im yang dibangun pada tahun 1962. Selain klenteng juga terdapat Pagoda berlantai 9. Pagoda ini hanya boleh dimasuki untuk sembahyang saja. Pulau Kemaro selalu ramai dikunjungi wisatawan. Baik dari Palembang, maupun luar kota. Ketika perayaan Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh, Pulau Kemaro wisatawan yang berkunjung untuk ziarah dan sembahyang.
Museum Al Qur’an Al Akbar
Setelah selesai berkunjung ke Pulau Kemaro, kami melanjutkan perjalanan menuju Museum Al Qur’an Al Akbar. Kami ke tempat tujuan naik ojol. Ojol memang memberi kemudahan bagi pejalan dalam mobilisasi. Siang itu Kota Palembang sangat ramai. Jalanan macet karena saat itu sedang ada pembangunan proyek LRT untuk mendukung kelancaran Asian Games 2018.
Museum Al Quran Raksasa |
Museum AL Qur’an Al Akbar lebih dikenal dengan Museum Al Qur’an Raksasa Palembang. Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggall 30 Januari 2012. Letak museum ini di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus, Palembang. Karya Al Qur’an ini dibuat oleh Sofwatillah Mohzaib selama delapan tahun. Pembuatan karya ini menggunakan kayu tembesu yang diukir dan dipasang seperti jendela bangunan.
Baca Juga: Kembali ke Kuala Tungkal
Aku merasa takjub ketika melihat karya seni ini. Sungguh luar biasa. Museum ini juga sangat ramai dengan pengunjung. Tidak hanya dari Palembang, tapi juga dari kota sekitarnya. Di museum ini juga tersedia pemandu yang dengan senang hati akan bercerita tentang Museum Al Qur’an Al Akbar dan proses pembuatannya.
Pempek Candy
Setelah lelah jalan-jalan, akhirnya kami memilih untuk kulineran. Tentu saja kulineran makanan khas Palembang. Sesuai saran dari salah satu temanku, kami memilih Pempek Candy. Pempek Candy ini memang sudah terkenal di kalangan wisatawan. Selain anek pempek, tempat ini juga menyediakan aneka makanan khas Palembang. Seperti mie celor dan es kacang merah.
Dari beberapa menu yang ada, aku memesan mie celor. aku belum pernah makan mie celor dan kayaknya beberapa restoran Palembang di Semarang belum menyediakan menu mie celor. Aku mulai cicipi mie celor yang sudah tersaji. Waah, rasanya sungguh lezat. Aku sangat menikmati sajian mie celor ini. Karena kelezatan mie celor, aku mencoba cari mie celor di beberapa rumah makan masakan Palembang dan ternyata belum ada yang jual mie celor di Semarang. Bahkan saking rindunya dengan rasa mie celor, temanku dari Palembang sampai mengirimkan mie instan rasa mie celor. Kalau kalian ke Palembang, jangan lupa makan mie celor.
Mie Celor |
Di Pempek Candy juga menyediakan paket aneka pempek untuk oleh-oleh. Aku beli beberapa paket untuk oleh-oleh keluarga di Semarang. Kalau lagi kerja sambil jalan-jalan seperti sekarang ini, aku biasanya ikut beli oleh-oleh. Namun, ketika jalan-jalan tanpa kerja, aku hampir tidak pernah beli oleh-oleh sama sekali. Selain itu, di Pempek Candy juga menjual aneka souvenir dan cinderamata. Setelah di Pempek Candy kami memutuskan untuk pulang ke penginapan.
Ngopi Bareng Teman
Menjelang malam, Yudhi dan Puspa menjeputku di penginapan. Mereka berdua adalah teman-temanku asli Palembang. Aku kenal mereka berdua melalui sebuah komunitas traveling. Aku pertama kali kenal Yudhi sekitar tahun 2014 di Bandung, sedangkan dengan Puspadini bulan Mei 2015 di Jogja. Sama-sama ketika acara Gathering Nasional (Gathnas) komunitas. Jadi kami sudah cukup dekat karena sering bertukar kabar. Tapi ini pertama kalinya bertemu mereka di Palembang.
Masjid Agung Palembang |
Mbak Nur-Asep-Puspa-Yudhi-Aku- (lupa namaya) |
Setelah selesai sholat maghrib di Masjid Agung Palembang, Yudhi mengajakku untuk menuju Kedai Martabak Har yang letaknya tidak jauh dari masjid. Martabak di sini salah satu yang spesial di Palembang dan selalu jadi tujuan para pemburu kuliner. kemudian perjalanan kami berlanjut ke sebuah warung kopi. Salah satu pemilik warung kopi ini adalah Asep yang merupakan teman satu komunitas Yudhi dan Puspadini (sekarang udah jadi suaminya). Sedangkan aku tahu tentang Asep melalui komunitas dan instagram. Akhirnya kami ngopi bareng. Kemudian ada Mbak Nur yang datang menyusul. Dulu ketemu Mbak Nur pas jalan-jalan di Semarang. Kami dikenalkan oleh teman kami yang bernama Christina, dia dari Medan. Ternyata Mbak Nur ini juga teman satu komunitas dengan Yudhi, Puspadini, dan Asep. Kami tidak menyangka ternyata semuanya saling terhubung dalam satu lingkaran pertemanan.
Berada di Palembang selama sekitar satu hari memberikan kesan tersendiri bagiku. Bukan tentang tempat wisata yang aku kunjungi atau makanan yang aku makan, namun tentang kesempatan untuk bisa berkumpul dan bersilaturahmi dengan teman-temanku yang tinggal di Palembang. Seperti yang sering aku bilang, salah satu hal yang menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah ketika aku ada kesempatan untuk menyapa teman-temanku yang tinggal di daerah yang sedang aku kunjungi. Tulisan ini aku dedikasikan untuk semua teman-temanku yang tinggal di Palembang.
Palembang, 11 November 2017
24 comments
Selamat datang Si Kota Palembang Mas, Kota yang terkenal dengan Empek2 atau pempek alias kapal selam.
Ngak Mampir di Kambang Iwak, Mas ?
Sangat menyenangkan liburan sekaligus berkesempatan bertemu langsung dengan teman-teman setempat … 🙂
Aku dari kemarin pengen main ke Palembang, ta;i masih tertunda hahahahaha. Semoga tahun depan bisa ke sana.
pempeknya emang enak semua…bahkan ada yang jualan dengan murah, tapi ttep enak 😀
ndak mas, kami memilih istirahat bentar, biar malam bisa jalan lagi 😀
kalau ke Palembang, banyak-banyak kuliner mas. Soalnya kuliner di sana kalau ga enak, yaa enak banget…hahahaa
Semoga yaa mas, tahun depan tinggal beberapa hari lagi 😀
bener banget mas, kadang jalan-jalan cuma untuk ketemu teman aja. Tempat wisatanya cuma bonus aja 😀
Wah infonya asik ini. Soalnya kadang aku suka yang ringkes gitu. Jadi misal ke kota mana tapi nggak pakai nginep. Atau karena ada acara yang nggak lama jadi cuma sebentar. Makasih infonya, Mas 🙂
berarti kita sama mas, kadang aku juga suka langsung pergi aja. Maunya yang ringkes aja 😀
Sama-sama mas galant. semoga bisa ke palembang juga 🙂
Hehehehhe, mungkin ke Palembang masih rencana kedua mas. Pengennya ke pulau yang lain dulu, itupun kalau ada waktu dan mendapatkan izin dari kantor 🙂
waah asyik main ke pulau…semoga lancar mas 😀
seandainya saya yg bisa begitu, asyik rasanya yah keliling satu kota satu hari, mantap
Pasti asyik mas…jalan2 santai aja 😀
Waw mas, aku tuh trenyuh banget kl tahu di sungai gitu banyak sampah, apalagi sampai perahunya kesangkut sampah gitu. 🙁
Btw, aku pengen ke museum al quran e.. Njuk makan mpek mpek.. Semoga kapan hari bisa ke Palembang 🙂 aamiin
sungai musi memang sumber khidupan, tapi juga tidak terbebass dari sampah-sampah.
Semoga next time bisa ke palembang. bisa kulineran di palembang juga 😀
30 menit buat sampai ke Pulau Kemaro? Sungai Musi itu lebar banget berati ya? *Ndeso banget iki aku. Hahaha* Itu ada retribusi nggak mas? Apa gratis, pas masuk ke Pulau Kemaronya?
Wahhh wajahnya keringetan semua yaa kwkwwk, tapi seru rame yaa
Asik banget ya hehe
Ulasannya juga lengkap ditambahi letak lokasinya di google map, semoga bisa ke sana juga deh
lebar dan panjang banget mas. kapal-kapal tongkang pun bisa berlayar di atas sungai musi.hahaha
ada reetribusi, tapi aku lupa berapa. Sudah tersedia loket buat beli tiket masuk.
Iyaa mas, saking semangatnya buat jalan-jalan 😀
biar bisa buat panduan bagi teman-teman yang ingin ke sana mas 😀
salam kenal bang wah sudah ke palembang banyak blogger palembang sahabat kita
alhamdulillah pernah ke palembang bang. Sungguh berkesan ketika berada di sana.
museum Qur'an itu megah banget ya mas, wisata religius yang patut dijaga… #jejakbiru
Iyaa mas agar bermanfaat bagi mereka yang mengunjunginya.