Berkeliling Palembang Selama Satu Hari

Selepas Sholat Jumat kami telah untuk meninggalkan Kota Pagaralam dan menuju Kota Palembang. Pekerjaan di Kota Pagaralam telah selesai. Saatnya kami mesti balik ke Jakarta. Dalam perjalanan itu, kami memilih untuk singgah terlebih dahulu di Kota Palembang. Sekalian piknik, apalagi harga tiket Pagaralam ke Jakarta lebih mahal daripada perjalanan melalui darat dan udara via Kota Palembang. Perjalanan Pagaralam-Palembang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 6-7 jam perjalanan. Jadi nanti kami bakal sampai di Palembang sekitar pukul 20:00.

Jembatan Ampera Palembang
Ternyata pada pukul 23:00 kami baru tiba di Palembang. Perjalanan menjadi molor dikarenakan adanya perbaikan jalan di beberapa lokasi. Selain itu, banyak truk tambang yang melintas sepanjang jalur. Di beberapa wilayah di Sumatera Selatan memang memberlakukan aturan bahwa truk pengangkut hasil tambang baru diperbolehkan melintas pada pukul 17:00. Setelah mendapatkan penginapan, kami pergi menuju cari makan. Kami belum makan sedari sore tadi dan sekarang sudah larut malam. Akhirnya kami makan di salah satu gerai makanan cepat saji. Kami memiliki waktu satu hari untuk keliling Palembang sebelum balik ke Jakarta. Setelah berunding, akhirnya kita pergi ke Pulau Kemaro terlebih dahulu.
Baca Juga: Menyapa Kota Pagaralam
Pulau Kemaro
Pulau Kemaro merupakan sebuah delta kecil yang terletak di Sungai Musi. Jaraknya sekitar 6 km dari Jembatan Ampera. Untuk menuju ke sana, kita bisa menyewa perahu yang banyak tersedia di sekitar  bantaran Sungai Musi, dekat Jembatan Ampera. Aku lupa berapa biaya sewa perahu untuk menuju Pulau Kemaro. Namun, tidak ada salahnya untuk menawar harga sewa perahu. Perjalanan menuju Pulau Kemaro biasanya ditempuh dalam waktu 30 menit.
Perahu Sungai Musi

Mesin perahu yang kami tumpangi tersangkut kotoran yang ada di Sungai Musi. Sehingga perahu tidak dapat bergerak dengan maksimal. Pemilik kapal langsung menyelam ke dalam untuk memperbaiki mesin. Beliau bilang jika hal itu biasa terjadi di Sungai Musi. Perahu kami juga menyempatkan untuk mengisi bahan bakar yang dijual di rumah apung yang ada di Sungai Musi.

Kampung Al Munawar

Sepanjang perjalanan menuju Pulau Kemaro aku bisa melihat aktivitas warga yang tinggal di pinggir Sungai Musi. Terlihat puluhan kapal hilir mudik di Sungai Musi. Kapal tongkang pembawa pupuk dan hasil tambang juga melintasi sungai ini. Pernah perahu kami melintas di antara kapal tongkang yang sedang bersandar. Di awal perjalanan tadi, aku juga bisa melihat Kampung Al Munawar yang terletak di tepi Sungai Musi. Kawasan perkampungan ini merupakan perkampungan Arab dan merupakan salah satu perkampungan tertua di Palembang.

Pintu gerbang Pulau Kemaro

Setelah perahu kami bersandar di dermaga Pulau Kemaro, kami langsung menuju loket masuk yang berada tidak jauh dari dermaga. Oyaa, perahu akan menunggu di dermaga selama kita keliling pulau. Keberadaan Pulau Kemaro juga memiliki legenda tentang seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An menikahi Putri Raja yang bernama Siti Fatimah. Ketika perjalanan menuju Palembang mereka membuka guci yang dihadiahkan kepada mereka. Namun guci-guci tersebut berisi sayur sawi. Guci tersebut akhirnya dibuang ke Sungai Musi. Namun, ternyata guci yang terakhir berisi emas dan Tan Bun An beserta pengawalnya melompat ke sungai untuk mencari guci-guci tersebut. Namun mereka tidak muncul lagi. Kemudian Siti Fatimah ikut melompat untuk menolong mereka.
Baca Juga: Walking Tour: Menjelajah Kawasan Pecinan, Semarang

Pagoda berlantai 9 di Pulau Kemaro

Di Pulau Kemaro terdapat klenteng yang diberi nama Klenteng Hok Tjing Rio atau yang lebih dikenal dengan nama Klenteng Kuan Im yang dibangun pada tahun 1962. Selain klenteng juga terdapat Pagoda berlantai 9. Pagoda ini hanya boleh dimasuki untuk sembahyang saja. Pulau Kemaro selalu ramai dikunjungi wisatawan. Baik dari Palembang, maupun luar kota. Ketika perayaan Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh, Pulau Kemaro wisatawan yang berkunjung untuk ziarah dan sembahyang.

Museum Al Qur’an Al Akbar
Setelah selesai berkunjung ke Pulau Kemaro, kami melanjutkan perjalanan menuju Museum Al Qur’an Al Akbar. Kami ke tempat tujuan naik ojol. Ojol memang memberi kemudahan bagi pejalan dalam mobilisasi. Siang itu Kota Palembang sangat ramai. Jalanan macet karena saat itu sedang ada pembangunan proyek LRT untuk mendukung kelancaran Asian Games 2018.

Museum Al Quran Raksasa

Museum AL Qur’an Al Akbar lebih dikenal dengan Museum Al Qur’an Raksasa Palembang. Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggall 30 Januari 2012. Letak museum ini di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus, Palembang. Karya Al Qur’an ini dibuat oleh Sofwatillah Mohzaib selama delapan tahun. Pembuatan karya ini menggunakan kayu tembesu yang diukir dan dipasang seperti jendela bangunan.
Baca Juga: Kembali ke Kuala Tungkal

Aku merasa takjub ketika melihat karya seni ini. Sungguh luar biasa. Museum ini juga sangat ramai dengan pengunjung. Tidak hanya dari Palembang, tapi juga dari kota sekitarnya. Di museum ini juga tersedia pemandu yang dengan senang hati akan bercerita tentang Museum Al Qur’an Al Akbar dan proses pembuatannya.

Pempek Candy
Setelah lelah jalan-jalan, akhirnya kami memilih untuk kulineran. Tentu saja kulineran makanan khas Palembang. Sesuai saran dari salah satu temanku, kami memilih Pempek Candy. Pempek Candy ini memang sudah terkenal di kalangan wisatawan. Selain anek pempek, tempat ini juga menyediakan aneka makanan khas Palembang. Seperti mie celor dan es kacang merah.

Dari beberapa menu yang ada, aku memesan mie celor. aku belum pernah makan mie celor dan kayaknya beberapa restoran Palembang di Semarang belum menyediakan menu mie celor. Aku mulai cicipi mie celor yang sudah tersaji. Waah, rasanya sungguh lezat. Aku sangat menikmati sajian mie celor ini. Karena kelezatan mie celor, aku mencoba cari mie celor di beberapa rumah makan masakan Palembang dan ternyata belum ada yang jual mie celor di Semarang. Bahkan saking rindunya dengan rasa mie celor, temanku dari Palembang sampai mengirimkan mie instan rasa mie celor. Kalau kalian ke Palembang, jangan lupa makan mie celor.

Mie Celor

Di Pempek Candy juga menyediakan paket aneka pempek untuk oleh-oleh. Aku beli beberapa paket untuk oleh-oleh keluarga di Semarang. Kalau lagi kerja sambil jalan-jalan seperti sekarang ini, aku biasanya ikut beli oleh-oleh. Namun, ketika jalan-jalan tanpa kerja, aku hampir tidak pernah beli oleh-oleh sama sekali. Selain itu, di Pempek Candy juga menjual aneka souvenir dan cinderamata. Setelah di Pempek Candy kami memutuskan untuk pulang ke penginapan.

Ngopi Bareng Teman
Menjelang malam, Yudhi dan Puspa menjeputku di penginapan. Mereka berdua adalah teman-temanku asli Palembang. Aku kenal mereka berdua melalui sebuah komunitas traveling. Aku pertama kali kenal Yudhi sekitar tahun 2014 di Bandung, sedangkan dengan Puspadini bulan Mei 2015 di Jogja. Sama-sama ketika acara Gathering Nasional (Gathnas) komunitas. Jadi kami sudah cukup dekat karena sering bertukar kabar. Tapi ini pertama kalinya bertemu mereka di Palembang.

Masjid Agung Palembang
Mbak Nur-Asep-Puspa-Yudhi-Aku- (lupa namaya)

Setelah selesai sholat maghrib di Masjid Agung Palembang, Yudhi mengajakku untuk menuju Kedai Martabak Har yang letaknya tidak jauh dari masjid. Martabak di sini salah satu yang spesial di Palembang dan selalu jadi tujuan para pemburu kuliner. kemudian perjalanan kami berlanjut ke sebuah warung kopi. Salah satu pemilik warung kopi ini adalah Asep yang merupakan teman satu komunitas Yudhi dan Puspadini (sekarang udah jadi suaminya). Sedangkan aku tahu tentang Asep melalui komunitas dan instagram. Akhirnya kami ngopi bareng. Kemudian ada Mbak Nur yang datang menyusul. Dulu ketemu Mbak Nur pas jalan-jalan di Semarang. Kami dikenalkan oleh teman kami yang bernama Christina, dia dari Medan. Ternyata Mbak Nur ini juga teman satu komunitas dengan Yudhi, Puspadini, dan Asep. Kami tidak menyangka ternyata semuanya saling terhubung dalam satu lingkaran pertemanan.

*****

Berada di Palembang selama sekitar satu hari memberikan kesan tersendiri bagiku. Bukan tentang tempat wisata yang aku kunjungi atau makanan yang aku makan, namun tentang kesempatan untuk bisa berkumpul dan bersilaturahmi dengan teman-temanku yang tinggal di Palembang. Seperti yang sering aku bilang, salah satu hal yang menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah ketika aku ada kesempatan untuk menyapa teman-temanku yang tinggal di daerah yang sedang aku kunjungi. Tulisan ini aku dedikasikan untuk semua teman-temanku yang tinggal di Palembang.

Palembang, 11 November 2017

24 Comments

Add Yours →

Waw mas, aku tuh trenyuh banget kl tahu di sungai gitu banyak sampah, apalagi sampai perahunya kesangkut sampah gitu. πŸ™
Btw, aku pengen ke museum al quran e.. Njuk makan mpek mpek.. Semoga kapan hari bisa ke Palembang πŸ™‚ aamiin

30 menit buat sampai ke Pulau Kemaro? Sungai Musi itu lebar banget berati ya? *Ndeso banget iki aku. Hahaha* Itu ada retribusi nggak mas? Apa gratis, pas masuk ke Pulau Kemaronya?

lebar dan panjang banget mas. kapal-kapal tongkang pun bisa berlayar di atas sungai musi.hahaha

ada reetribusi, tapi aku lupa berapa. Sudah tersedia loket buat beli tiket masuk.

Leave a Reply