Batik Semarang 16: Bersepeda dan Mengenal Batik

by Rivai Hidayat
Batik Semarang 16

Galeri Batik Semarang 16 mungkin bisa jadi jujukan bagi warga Kota Semarang dan sekitarnya. Selama ini aku hanya menjumpai galeri batik di Kampung Batik.  Aku pun sangat tertarik ketika teman-teman komunitas sepeda yang aku ikuti akan mengadakan perjalanan ke sana. Tentu saja denga bersepeda, bukan naik kendaraan bermotor. Namanya juga komunitas sepeda, yaa pasti agendanya bersepeda lah.

 

Seperti hari Minggu sebelumnya, agenda kami adalah bersepeda bersama. Rutenya selalu berubah-ubah. Sengaja berubah-ubah, tidak bosan ketika bersepeda. Pagi ini rute bersepeda ke Galeri Batik Semarang 16 yang terletak di daerah Meteseh, Semarang. Kami berangkat pukul 06:20 dari kawasan Simpang Lima yang biasa kami gunakan sebagai titik kumpul. Dari sana kami menuju Jalan Pahlawan. Berhubung ini hari Minggu, jadi banyak warga yang memadati jalan Pahlawan untuk kegiatan Car Free Day (CFD).

 

Sebelum memulai perjalanan

 

Sepertinya kami salah memilih rute dengan melewati jalan ini. Lebih dari separuh jalan digunakan untuk senam. Kemudian banyak warga yang berjalan kaki di tengah jalan. Meskipun CFD, sebaiknya warga berjalan kaki di lajur sebelah kiri. Lajur tengah bisa digunakan oleh warga yang sedang berlari dan pesepeda bisa menggunakan lajur sebelah kanan. Jadi tidak ada yang terganggu antara warga yang sedang berjalan kaki, berlari, dan bersepeda. Setiap kegiatan warga memiliki jalurnya masing-masing. Saat ini memang belum ada pengaturan untuk keruwetan di Jalan Pahlawan ketika CFD. Belum lagi banyaknya instansi atau elemen masyarakat lain yang mengadakan acara di jalan tersebut. Sehingga keruwetan di Jalan Pahlawan ketika CFD menjadi hal yang biasa.
Baca Juga: Menelusuri Kuliner di Pasar Gang Baru

 

Setelah berhasil melewati keruwetan di jalan Pahlawan, perjalanan kami yang melewati beberapa ruas jalan  berjalan dengan lancar. Kami memilih Jalan Brigjen Sudharto yang memiliki jalan yang lebar dan lurus. Matahari yang mulai meninggi dan perjalanan kami  yang menuju ke arah timur membuat kami seolah-olah melawan matahari. Silau sinar matahari pagi yang menyilaukan menemani perjalanan kami. Sedikit mengganggu pandanganku yang tidak memakai kacamata hitam.

 

Tiba di Citra Grand

 

Jalan yang cukup lebar dan arus lalu lintas yang lengang di Jalan Fatmawati membuat kami berjalan beriringan menjadi dua baris. Dari jalan ini kami akan menuju Citra Grand sebagai tempat pemberhentian pertama kami. Tempatnya cukup bagus dan terdapat sebuah bianglala yang menjadi ikon. Ada beberapa teman yang sudah menunggu rombongan di sana. Sambil beristirahat, tentu saja kami tidak lupa untuk berfoto-foto. Minggu pagi daerah Citra Grand ramai dengan warga yang sedang berolahraga. Ada beberapa pesepeda yang juga sedang beristirahat. Rasanya Citra Grand menjadi tempat yang tepat untuk berkumpul dan berolahraga.

 

Batik Semarang 16

Salah satu sudut galeri

 

Arus lalu lintas menuju Batik Semarang 16 tidak terlalu ramai. Ada beberapa tanjakan landai yang mesti dilewati. Akhirnya di ujung jalan terdapat sebuat gerbang yang telah menyambut kedatangan kami. Setelah bersepeda sekitar 1.5 jam, akhirnya kami tiba di Galeri Batik Semarang 16. Kesan pertama ketika memasuki area Galeri Batik Semarang 16 adalah asri. Ada sebuah taman berada tepat di tengah-tengah. Bangunan galeri juga didominasi dengan bata merah yang tidak dilapisi oleh semen. Beberapa ukiran kayu juga memenuhi pintu-pintu yang ada di galeri. Rasanya pemilik ingin membawa pengunjung menikmati suasana vintage yang asri.

 

Sepeda kami

 

Galeri Batik Semarang 16 tidak hanya didesain sebagai galeri batik, tapi juga menyediakan tempat workshop batik, penginapan, dan kafe. Penginapannya sudah bisa ditemukan di platform digital. Selain itu, kafe di sini juga menyediakan aneka makanan, camilan, dan minuman. Harganya terjangkau dan sangat nyaman untuk bersantai menikmati suasana galeri. Ada sebuah ruang pamer yang memamerkan dan menjual kain batik karya galeri. Selain batik tulis, galeri ini juga memproduksi batik cap.

 

Batik semarang 16

Membatik

 

Ketika kami sampai di Galeri Batik Semarang 16 ada seorang ibu yang sedang membatik. Aku lupa menanyakan namanya. Namun beliau sangat antusias ketika berbagi cerita pengalaman membatiknya. Sudah lebih dari 20 tahun beliau menggeluti dunia batik. Bahkan dia sering diundang keluar kota untuk mengisi dan memberikan pelatihan membatik.
Baca Juga: Menikmati Senja di Pantai Glagah, Kulonprogo

 

Batik semarang 16

Batik Motif Warag Ngendog

 

Terakhir beliau bercerita diundang ke Palu, Sulawesi Tengah untuk pelatihan membatik. Namun beliau menolak tawaran tersebut karena merasa sudah tua untuk melakukan perjalanan yang jauh dan lama. Galeri Batik Semarang 16 mengangkat segala sesuatu yang berhubungan dengan Kota Semarang untuk dijadikan motif di kain batiknya. Seperti motif Lawang Sewu, Gereja Blenduk, dan Warak Ngendog. Kebetulan si ibu sedang membuat motif Warak Ngendog. Warag Ngendog itu merupakan hewan mitologi yang selalu muncul di perayaan dugderan di Kota Semarang.

 

Silakan batiknya dibeli

 

Hari mulai beranjak siang, kami memutuskan untuk segera pulang. Aku dan Mas Andi memisahkan diri dari rombongan karena kami akan melewati jalur  yang berbeda dengan yang lain. Lebih dekat, namun berupa jalan tanjakan. Ini merupakan pengalaman pertama kami melewati tanjakan tersebut. Kami yang sudah  kelelahan dan kepanasan karena panasnya terik matahari, kami terpaksa kami menuntun sepeda dan istirahat beberapa kali. Setelah sampai di akhir tanjakan, aku memandang jalanan tersebut sambil “Nanti aku akan balik lagi, hanya untuk melewati tanjakan ini.”

 

Bersepeda Bareng Sobat Ngonthel Semarang
23 Februari 2020

Galeri Batik Semarang 16
Desa Sumberejo, RT.02/RW.05,
Meteseh, Kec. Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah, 50271
Telepon: 0811-2708-692
Email: support@batiksemarang16.com
Website: www.batiksemarang16.com/

You may also like

18 comments

Ina March 12, 2020 - 9:18 am

Cfd memang blm diatur bgt nih, jadi pasti crowded banget.
Pulangnya lewat sigar bencah?

Selalu ada cerita ya, kan jadi pengen nyepeda rute jauh gini.

Reply
Rivai Hidayat March 12, 2020 - 9:30 am

Kemarin pas di jakarta sudah diatur. Bagi para pesepeda di lajur paling kanan. Sedangkan para pejalan kaki di lajur sebelah kiri.

Bener sekali, balik lewat sigar bencah. Lebih dekat tapi tanjakannya lumayan.

Setiap kegiatan selalu ada ceritanya. Kalau gada cerita, mungkin saat itu kita sedang tertidur 😀

Reply
morishige March 16, 2020 - 5:20 pm

Wah jadi kangen sepedaan rame-rame. Dulu sama temen-temen sering keliaran seharian pakai sepeda pas akhir pekan. Jumat malam akhir bulan, gabung sama komunitas sepeda satu kota buat nggowes malam-malam. Kalau ada fun bike, semangat banget buat ikutan cuma biar dapet kaos. Tapi, ya, akhirnya pada misah. 😀

Baca postingan ini jadi pengen pit-pitan lagi. 😀

Reply
Rivai Hidayat March 18, 2020 - 8:52 am

aku baru 3 bulan aktif lagi bersepeda. Dulu sangat jarang bersepeda, walaupun ada sepeda di rumah. hiikkss
Sekarang ketemu komunitas dan kawan yang memiliki hobi sepeda, akhirnya sepeda sudah ada temannya.
ayo bersepeda lagi mas 😀

Reply
Nasirullah Sitam March 18, 2020 - 8:47 am

Aku mupeng lihat sepeda lipat bike to work yang kuning, sekarang harganya jadi mahal hhahahahahaha

Reply
Rivai Hidayat March 18, 2020 - 3:40 pm

Sudahlah mas, harga sepeda lipat sekarang sudah ga masuk akal..lebih mahal dari harga motor juga ada..hahahaha

Reply
Si Klimis March 23, 2020 - 5:13 am

Dulu aku udah pernah mengunjungi pengrajin batik di Semarang, tapi tidak pakai sepeda. Sepertinya asyik banget bersepeda sambil mengunjungi pengrajin batik, olahraga sambil belajar.

Reply
Rivai Hidayat March 23, 2020 - 5:46 am

Anggap saja sepedanya sebagai media transportasi aja mas. Yang penting kita bisa belajar tentang batik dan ikut melestarikan batik

Reply
Azhafizah March 23, 2020 - 3:39 pm

saya suka batik indonesia. Cantik 🙂

Reply
Rivai Hidayat March 23, 2020 - 4:56 pm

Di Indonesia juga memiliki banyak motif. Setiap motif memiliki ceritanya masing-masing.

Reply
arenapublik March 24, 2020 - 12:33 pm

dari sini juga kita bisa menghargai para seniman batik ya mas. mereka membuat batik tulis dengan sepenuh hati, keren.

Reply
Rivai Hidayat March 25, 2020 - 1:26 am

Benar sekali mas, menghargai batik merupakan salah satu cara untuk melestarikan seni dan kebudayaan. Salah satunya batik.

Reply
Rudi Chandra March 29, 2020 - 6:16 am

Keren banget tuh.
Bisa belajar ngebatik sambil kulineran di kafenya atau sambil nginap di penginapannya.
Paket komplit.

Reply
Rivai Hidayat April 2, 2020 - 6:28 am

iya, satu tempat dengan berbagai pelayanan. sehingga pengunjung bisa nyaman dan puas ketika berkunjung 😀

Reply
dian March 29, 2020 - 8:11 am

Sebagai mantan penghuni Semarang, saya merasa harusnya dari jaman saya tinggal di sana ya Semarang begini. Batik hidup, terus terus itu ada wahana keren banget macam London Eye gitu. Jaman saya dulu ke Maerokoco aja udah joss banget.
Jadi kangen Semarang…

Reply
Rivai Hidayat April 2, 2020 - 6:27 am

Semarang yang sekarang sudah mengalami banyak perubahan dibandingkan beberapa tahun yang lalu mbak. Banyak tempat menarik dikembangkan untuk dinikmati warganya dan menarik wisatawan dari luar kota atau mancanegara.
Silakan berkunjung ke semarang mbak, temukan perkembangan sebuah perkotaan 😀

Reply
Fanny_dcatqueen August 24, 2020 - 10:29 am

Boleh nih kalo ntr ke Semarang cobain penginapannya . Aku bisa kalap mata kalo disediain juga galeri yg menjual batik hahahaha :p. Selama ini ke Semarang cuma lewat tiap kali ke solo. Paling mampir beli lumpia. Tp ga prnh bener2 eksplor kotanya :).

Reply
Rivai Hidayat August 24, 2020 - 5:09 pm

ayo datang ke semarang mbak fany. Nanti kalau waktu cocok, aku temani keliling semarang. Nanti bisa aku ajak kulineran dan bercerita beberapa hal tentang kota semarang mbak fany. Ntar kalau mau aku ajak antre beli lumpia dan leker. Yaa karena saking ramainya, Jadi kalau mau beli yaa mesti antri dulu 😀

Reply

Leave a Comment